Perhitungan pivot point merupakan teknik populer yang dilakukan trader untuk memprediksi arah harga, serta tingkat support dan resistance dari pasar trading sebelumnya. Perhitungan ini bekerja dan dipakai dalam trading, sederhananya karena banyak trader dan investor yang memakai dan percaya terhadap metode ini.
Namun, apabila dalam menentukan tingkat support dan resistance, trader hanya menggunakan rumus matematika saja, data-data yang didapat dirasa masih terlalu subjektif. Dengan kata lain, akan sedikit sulit jika kita hanya mengandalkan angka-angka hasil perhitungan saja tanpa mempertimbangkan faktor-faktor yang lain. Oleh sebab itu, kami di sini membuat metode untuk menemukan mapping time-frame trading yang berbeda dari perhitungan pada umumnya. Dengan mengaplikasikan dua metode sederhana ini, kami yakin data yang didapat akan lebih objektif dan efektif digunakan sebagai bahan referensi trading Anda.
Pertama, kita terlebih dahulu menghitung PP sesuai dengan rumus yang telah kita pelajari sebelumnya. Nah, yang kita buat berbeda adalah cara menghitung tingkat support dan resistance nya. Disini, kami mengambil masing-masing titik tinggi dan titik rendah dari sesi sebelumnya, dan menggambarkan level-level tersebut ke dalam grafik hari ini. Kemudian, kami juga mengambil data yang sama dari sesi sebelum sesi sebelumnya, yang telah diambil tadi. Jadi, kita akan memiliki PP yang sudah kita hitung sebelumnya, dan empat tingkat penting lainnya untuk dimasukkan ke dalam chart. Misalnya:
LOPS1, rendah pada sesi sebelumnya.
HOPS1, tinggi pada sesi sebelumnya.
LOPS2, rendah pada sesi sebelum sesi sebelumnya.
HOPS2, tinggi pada sesi sebelum sesi sebelumnya.
PP, pivot point.
Tingkat-tingkat ini akan memberitahu kita kekuatan pasar dalam periode waktu tertentu. Jika pasar trading berada di atas PP, maka kemungkinan pasar akan bergerak menuju arah uptrend. Dan pada saat yang sama, jika pasar trading juga berada di atas HOPS1 atau HOPS2, maka dapat dipastikan pasar memang berada dalam kondisi up-trend, dan Anda hanya boleh mengambil posisi long.
Sebaliknya, jika pada grafik, pasar trading berada di bawah PP, maka sama halnya seperti kemungkinan sebelumnya, dimungkinkan pasar akan bergerak menuju arah down-trend. Dan kemudian, kita lihat lagi pada grafik, yaitu jika pasar trading juga berada di bawah LOPS1 atau LOPS2, maka pasar sudah pasti berada pada kondisi down-trend, dan pada saat ini, Anda hanya boleh melakukan transaksi trading dengan posisi short.
Lebih lanjut lagi, sisi psikologis di balik pendekatan ini sebenarnya cukup sederhana. Berdasarkan data yang kita peroleh dari dua sesi sebelumnya, dapat kita ketahui bahwa untuk alasan tertentu, pasar berhenti pada satu posisi, dimana tidak bergerak ke arah yang lebih tinggi/rendah dari sesi sebelumnya.
Tentu, kami tidak tahu alasannya, dan kita tidak perlu tahu itu. Anda hanya tahu fakta: pasar akan mengalami pembalikan pada tingkat itu. Kita juga tahu bahwa trader dan investor dapat mengingat beberapa kejadian penting saat itu, seperti harga yang terhenti disana sebelumnya, dan lebih aneh lagi, bahwa pasar mengalami pembalikan dari titik itu juga (mungkin karena alasan yang sama dengan sebab sebelumnya, dan mungkin juga tidak) atau setidaknya, Anda dapat menemukan beberapa support atau resistance pada tingkatan ini.
Yang penting dari pendekatan tersebut adalah bahwa level support dan resistance terukur secara objektif, hasil perhitungan tidak hanya berasal dari rumus matematika saja, melainkan juga pada saat itu, harga mengalami pembalikan pada titik itu sebelumnya, dan level ini memiliki tingkat efektivitas yang lebih tinggi.
Metode pemetaan kami bekerja pada kedua kondisi pasar, saat trending dan pada kondisi sideways. Dalam pasar trending, ada baiknya kita menentukan kekuatan trend dan breakout pada level-level yang penting.
Bagaimana kita menggunakan metode pemetaan?Metode pemetaan dapat dilakukan dengan tiga cara yang berbeda, pertama dengan cara identifikasi trend (mengukur kekuatan trend), kedua, dengan cara sistem trading yang menggunakan tingkat-tingkat penting dengan perilaku harga sebagai sinyal trading, dan terakhir, dengan mengatur risiko reward ratio (RR) dari setiap trade, berdasarkan dimana posisi pasar yang terjadi pada sesi sebelumnya.
Namun, apabila dalam menentukan tingkat support dan resistance, trader hanya menggunakan rumus matematika saja, data-data yang didapat dirasa masih terlalu subjektif. Dengan kata lain, akan sedikit sulit jika kita hanya mengandalkan angka-angka hasil perhitungan saja tanpa mempertimbangkan faktor-faktor yang lain. Oleh sebab itu, kami di sini membuat metode untuk menemukan mapping time-frame trading yang berbeda dari perhitungan pada umumnya. Dengan mengaplikasikan dua metode sederhana ini, kami yakin data yang didapat akan lebih objektif dan efektif digunakan sebagai bahan referensi trading Anda.
Pertama, kita terlebih dahulu menghitung PP sesuai dengan rumus yang telah kita pelajari sebelumnya. Nah, yang kita buat berbeda adalah cara menghitung tingkat support dan resistance nya. Disini, kami mengambil masing-masing titik tinggi dan titik rendah dari sesi sebelumnya, dan menggambarkan level-level tersebut ke dalam grafik hari ini. Kemudian, kami juga mengambil data yang sama dari sesi sebelum sesi sebelumnya, yang telah diambil tadi. Jadi, kita akan memiliki PP yang sudah kita hitung sebelumnya, dan empat tingkat penting lainnya untuk dimasukkan ke dalam chart. Misalnya:
LOPS1, rendah pada sesi sebelumnya.
HOPS1, tinggi pada sesi sebelumnya.
LOPS2, rendah pada sesi sebelum sesi sebelumnya.
HOPS2, tinggi pada sesi sebelum sesi sebelumnya.
PP, pivot point.
Tingkat-tingkat ini akan memberitahu kita kekuatan pasar dalam periode waktu tertentu. Jika pasar trading berada di atas PP, maka kemungkinan pasar akan bergerak menuju arah uptrend. Dan pada saat yang sama, jika pasar trading juga berada di atas HOPS1 atau HOPS2, maka dapat dipastikan pasar memang berada dalam kondisi up-trend, dan Anda hanya boleh mengambil posisi long.
Sebaliknya, jika pada grafik, pasar trading berada di bawah PP, maka sama halnya seperti kemungkinan sebelumnya, dimungkinkan pasar akan bergerak menuju arah down-trend. Dan kemudian, kita lihat lagi pada grafik, yaitu jika pasar trading juga berada di bawah LOPS1 atau LOPS2, maka pasar sudah pasti berada pada kondisi down-trend, dan pada saat ini, Anda hanya boleh melakukan transaksi trading dengan posisi short.
Lebih lanjut lagi, sisi psikologis di balik pendekatan ini sebenarnya cukup sederhana. Berdasarkan data yang kita peroleh dari dua sesi sebelumnya, dapat kita ketahui bahwa untuk alasan tertentu, pasar berhenti pada satu posisi, dimana tidak bergerak ke arah yang lebih tinggi/rendah dari sesi sebelumnya.
Tentu, kami tidak tahu alasannya, dan kita tidak perlu tahu itu. Anda hanya tahu fakta: pasar akan mengalami pembalikan pada tingkat itu. Kita juga tahu bahwa trader dan investor dapat mengingat beberapa kejadian penting saat itu, seperti harga yang terhenti disana sebelumnya, dan lebih aneh lagi, bahwa pasar mengalami pembalikan dari titik itu juga (mungkin karena alasan yang sama dengan sebab sebelumnya, dan mungkin juga tidak) atau setidaknya, Anda dapat menemukan beberapa support atau resistance pada tingkatan ini.
Yang penting dari pendekatan tersebut adalah bahwa level support dan resistance terukur secara objektif, hasil perhitungan tidak hanya berasal dari rumus matematika saja, melainkan juga pada saat itu, harga mengalami pembalikan pada titik itu sebelumnya, dan level ini memiliki tingkat efektivitas yang lebih tinggi.
Metode pemetaan kami bekerja pada kedua kondisi pasar, saat trending dan pada kondisi sideways. Dalam pasar trending, ada baiknya kita menentukan kekuatan trend dan breakout pada level-level yang penting.
Bagaimana kita menggunakan metode pemetaan?Metode pemetaan dapat dilakukan dengan tiga cara yang berbeda, pertama dengan cara identifikasi trend (mengukur kekuatan trend), kedua, dengan cara sistem trading yang menggunakan tingkat-tingkat penting dengan perilaku harga sebagai sinyal trading, dan terakhir, dengan mengatur risiko reward ratio (RR) dari setiap trade, berdasarkan dimana posisi pasar yang terjadi pada sesi sebelumnya.