Untuk pertama kalinya semenjak Juli 2011, harga emas mampu menembus kembali ke harga $1,300 per ons dalam perdagangan Kamis (13/02).
Angka penjualan ritel AS mengalami penurunan bahkan yang terbesar sejak Juni 2012 ditengah kenaikan klaim pengangguran pada minggu lalu sebagaimana yang dikatakan pemerintah AS hari ini. Sebelumnya, Gubernur Bank Sentral AS, Janet Yellen kembali menegaskan bahwa pasar tenaga kerja AS masih jauh dari komplit dan memuaskan dalam upaya pemulihan ekonomi AS.
Pernyataan Yellen diatas menjadi sinyal kuat bahwa kondisi ekonomi AS masih belum pulih benar, dan ditegaskan dengan serangkaian data ekonomi tersebut. Investor menyadari bahwa kondisi ekonomi masih memerlukan kebijakan stimulus untuk bisa tumbuh berkembang. Pasar tenaga kerja yang masih tertatih pertumbuhannya, menjadi bukti nyata bahwa AS masih perlu dirangsang pertumbuhan ekonominya. Jika demikian, maka kenaikan harga emas masih bisa berlanjut kembali.
Data ekonomi AS yang diterbitkan hari ini memberikan penegasan pula bahwa langkah pengurangan yang dilakukan oleh Bank Sentral AS dalam pembelian obligasi mereka adalah terlalu cepat. The Federal Reserve memangkas besaran dana pembelian obligasi sebesar 10 milyar dalam dua pertemuan mereka, menurunkan dari 85 milyar perbulan menjadi tinggal 65 milyar perbulan.
Pada kurun 2008-2011, harga emas mampu melonjak 70 persen setelah bank sentral AS memompa tak kurang 2 trilyun dolar AS kedalam sistem keuangan mereka. Tahun 2013, harga emas merosot 28 persen, mencatatkan kinerja tahunan terburuk sejak 1981. Banyak investor yang kehilangan kepercayaan atas emas sebagai aset yang bisa mengamankan investasinya. Harga emas masuk dalam area bearish, sejak April 2013 kemarin setelah terjadi kenaikan panjang di pasar saham AS dan memangkas minat investor membeli aset yang lebih aman.
Diawal tahun 2014 ini, fajar menyingsing dan memberikan harapan bagi kenaikan harga emas lebih lanjut. Ditengah upaya pengurangan besaran dana yang digunakan untuk belanja obligasi oleh Bank Sentral AS, harga emas mampu naik dan hingga kini sudah menguat 8.1 persen didorong dengan jatuhnya nilai tukar negara-negara berkembang sehingga kembali arus investasi masuk ke bursa komoditi emas. Permintaan emas dalam bentuk koin dan batangan juga masih memberikan dukungan bagi kenaikan harga emas saat ini.
Asosiasi Emas Cina menyatakan pada awal minggu ini bahwa konsumsi emas Cina mengalami lonjakan sebesar 41 persen pada 2013 mencapai angka 1,176.4 ton. Kenaikan permintaan emas ini disumbang oleh naiknya permintaan akan perhiasan emas dan emas batangan. Cina akhirnya mengambil alih mahkota konsumen terbesar emas dari India. Sementara penjualan koin emas American Eagle oleh US Mint mengalami kenaikan pula sebesar 63 persen pada Januari kemarin, ini merupakan angka yang paling besar sejak April silam.
Sebagian investor masih hati-hati dengan perubahan arah harga emas kini. Hingga potensi inflasi masih belum terlihat, mereka enggan memasukkan lebih banyak investasinya ke emas. Akselerasi pertumbuhan ekonomi AS menjadi sinyal yang perlu dikonfirmasi sebagai pijakan investor melakukan aksinya di kemudian hari.
Harga yang bergerak naik dengan ditopang permintaan fisik adalah sangat sensitif. Jika muncul gangguan terhadap permintaan, semisal mengalami perlambatan saja, akan mendorong jatuhnya harga emas sangat dalam. Pihak Goldman Sach mengingatkan bahwa harga emas yang sensitif ini bisa jatuh, dengan pijakan pertumbuhan ekonomi AS yang masih lemah maka kemungkinan terkoreksi masih terbuka. Depresiasi yang terjadi di negara-negara berkembang, disisi lainnya akan menekan permintaan fisik emas dan ini akan langsung menyerang harga emas saat ini.