17 FEB 2014 09:13
Perekonomian Jepang terpantau tumbuh lebih lemah daripada ekspektasi tahun lalu, meski demikian, para analis masih meyakini bahwa lemahnya pertumbuhan ekonomi tersebut masih bisa memanfaatkan lompatan yang terjadi menyongsong kenaikan pajak penjualan pada bulan April.
Angka GDP Jepang mengalami kenaikan sebanyak 1% dalam basis tahunan di kuartal terakhir bulan Desember, angka tersebut lebih rendah daripada estimasi pasar yang menyebutkan ekspansi sebanyak 2.8%. Hal ini terjadi akibat melemahnya konsumsi swasta dan belanja modal seiring dengan melemahnya angka ekspor. Namun, ekspansi tersebut merupakan ekpansi kuartalan Jepang yang keempat.
Data terbaru tersebut kembali memunculkan tanya mengenai pemulihan ekonomi Jepang, dan publik nampaknya menjadi semakin skeptis akan keampuhan kebijakan "Abenomic" yang selama ini dibanggakan oleh Jepang. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah mengimplementasikan program stimulus yang agresif yang bertujuan untuk melemahkan nilai mata uang Jepang.
Yen Jepang mengalami kemerosotan sebanyak 18% terhadap Dolar AS tahun lalu, akan tetapi pendorongan ekspor masih dibatasi. Abe juga menekan kontroversi kenaikan pajak penjualan tahun lalu, sebagai upaya untuk menaikkan dana demi mengurangi besarnya utang publik di Negara Matahari Terbit ini. Namun, diperkirakan GDP Jepang akan menyusut pada periode April hingga Juni karena kenaikan pajak konsumen akan ditetapkan sebanyak 8% dari sebelumnya, 5%.
Angka GDP Jepang mengalami kenaikan sebanyak 1% dalam basis tahunan di kuartal terakhir bulan Desember, angka tersebut lebih rendah daripada estimasi pasar yang menyebutkan ekspansi sebanyak 2.8%. Hal ini terjadi akibat melemahnya konsumsi swasta dan belanja modal seiring dengan melemahnya angka ekspor. Namun, ekspansi tersebut merupakan ekpansi kuartalan Jepang yang keempat.
Data terbaru tersebut kembali memunculkan tanya mengenai pemulihan ekonomi Jepang, dan publik nampaknya menjadi semakin skeptis akan keampuhan kebijakan "Abenomic" yang selama ini dibanggakan oleh Jepang. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah mengimplementasikan program stimulus yang agresif yang bertujuan untuk melemahkan nilai mata uang Jepang.
Yen Jepang mengalami kemerosotan sebanyak 18% terhadap Dolar AS tahun lalu, akan tetapi pendorongan ekspor masih dibatasi. Abe juga menekan kontroversi kenaikan pajak penjualan tahun lalu, sebagai upaya untuk menaikkan dana demi mengurangi besarnya utang publik di Negara Matahari Terbit ini. Namun, diperkirakan GDP Jepang akan menyusut pada periode April hingga Juni karena kenaikan pajak konsumen akan ditetapkan sebanyak 8% dari sebelumnya, 5%.