11 MAR 2014
Strategydesk – Dua pejabat the Fed menegaskan bahwa pihaknya akan tetap menjalankan pengurangan stimulus moneternya atau taper secara bertahap. Tapi ada kemungkinan bank sentral AS itu menyesuaikan bahasa komunikasinya atau yang disebut dengan forward guidance.
Pertama datang dari Presiden the Fed distrik Chicago Charles Evans. “Kami sedang dalam titik dimana beralih dari pembelian aset, melakukan pengurangan, di saat neraca kami sudah terlalu besar,” katanya dalam pertemuan di Columbus State University. “Dua rapat terakhir kita mengurangi pembelian masing-masing sebesar $10 miliar, dan kita akan tetap melakukannya,” ujarnya. Sebagai pejabat yang dikenal dovish, pernyataan itu merupakan indikasi terkuat bahwa the Fed tetap melakukan taper dalam tiap rapat, termasuk minggu depan.
Dengan berkurangnya pembelian obligasi, hal mendesak yang perlu dilakukan the Fed adalah mengubah bahasa komunikasinya atau forward guidance. Selama ini bahasanya berbentuk suku bunga rendah tetap diberlakukan sampai tingkat pengangguran turun ke 6,5%. Karena tingkatnya turun terlalu cepat, kini di 6,7%, para pejabat membahas bagaimana menyesuaikan janji itu tanpa memberi kesan ada pengetatan kebijakan dalam waktu dekat.
Menurut Evans, penyampaiannya harus sesuatu yang menggambarkan fakta bahwa suku bunga tetap rendah untuk waktu yang lebih lama lagi. Ia ingin bahasanya tidak hanya terkait tingkat pengangguran, tapi keseluruhan indikator lapangan kerja. Ia menambahkan bahwa kebijakan tetap akomodatif untuk waktu yang panjang, dan memperkirakan kenaikan suku bunga pertama baru bisa dilakukan pada awal 2016.
Sementara itu, Presiden the Fed distrik Philadelphia Charles Plosser mengatakan data ekonomi yang bagus tidak cukup untuk mengubah skala pengurangan stimulus. “Mengingat fakta kita melakukan pengurangan terukur, penting untuk memberi pasar kejelasan atau kepastian apa yang kita lakukan,” katanya. Menurutnya, ia setuju melakukan taper sebesar $10 miliar, tapi masih sulit untuk melakukannya dalam jumlah berbeda, baik lebih rendah atau lebih tinggi.
Setelah lima tahun melakukan program pembelian obligasi, atau Quantitative Easing (QE), neraca the Fed membengkak jadi lebih dari $4 triliun. The Fed akan menggelar rapat pada 18-19 Maret, menjadi rapat pertama yang dipimpin oleh Janet Yellen.
Pertama datang dari Presiden the Fed distrik Chicago Charles Evans. “Kami sedang dalam titik dimana beralih dari pembelian aset, melakukan pengurangan, di saat neraca kami sudah terlalu besar,” katanya dalam pertemuan di Columbus State University. “Dua rapat terakhir kita mengurangi pembelian masing-masing sebesar $10 miliar, dan kita akan tetap melakukannya,” ujarnya. Sebagai pejabat yang dikenal dovish, pernyataan itu merupakan indikasi terkuat bahwa the Fed tetap melakukan taper dalam tiap rapat, termasuk minggu depan.
Dengan berkurangnya pembelian obligasi, hal mendesak yang perlu dilakukan the Fed adalah mengubah bahasa komunikasinya atau forward guidance. Selama ini bahasanya berbentuk suku bunga rendah tetap diberlakukan sampai tingkat pengangguran turun ke 6,5%. Karena tingkatnya turun terlalu cepat, kini di 6,7%, para pejabat membahas bagaimana menyesuaikan janji itu tanpa memberi kesan ada pengetatan kebijakan dalam waktu dekat.
Menurut Evans, penyampaiannya harus sesuatu yang menggambarkan fakta bahwa suku bunga tetap rendah untuk waktu yang lebih lama lagi. Ia ingin bahasanya tidak hanya terkait tingkat pengangguran, tapi keseluruhan indikator lapangan kerja. Ia menambahkan bahwa kebijakan tetap akomodatif untuk waktu yang panjang, dan memperkirakan kenaikan suku bunga pertama baru bisa dilakukan pada awal 2016.
Sementara itu, Presiden the Fed distrik Philadelphia Charles Plosser mengatakan data ekonomi yang bagus tidak cukup untuk mengubah skala pengurangan stimulus. “Mengingat fakta kita melakukan pengurangan terukur, penting untuk memberi pasar kejelasan atau kepastian apa yang kita lakukan,” katanya. Menurutnya, ia setuju melakukan taper sebesar $10 miliar, tapi masih sulit untuk melakukannya dalam jumlah berbeda, baik lebih rendah atau lebih tinggi.
Setelah lima tahun melakukan program pembelian obligasi, atau Quantitative Easing (QE), neraca the Fed membengkak jadi lebih dari $4 triliun. The Fed akan menggelar rapat pada 18-19 Maret, menjadi rapat pertama yang dipimpin oleh Janet Yellen.