Berkat Belanja Bisnis, Ekonomi Jepang Melesat
Strategydesk 09-06-14 – Pertumbuhan ekonomi Jepang selama kuartal pertama ternyata lebih baik dari perhitungan awal, tumbuh lebih pesat berkat pembelanjaan modal, pertanda ekonomi terbesar ketiga dunia itu dalam kondisi yang kuat meski nantinya kenaikan pajak penjualan berdampak.
Japan Economy
Angka pertumbuhan PDB kuartal pertama direvisi naik menjadi 6,7% per tahun dari sebelumnya 5,9%. Ini merupakan pertumbuhan terpesat sejak kuartal ketiga 2011. Secara per kuartal, PDB juga mengalami revisi menjadi 1,6% dari 1,4%. Revisi naik ini terjadi berkat perhitungan ulang pembelanjaan modal perusahaan yang memperlihatkan peningkatan.
Pembelanjaan modal korporat naik 7,6%, lebih dari perhitungan awal 4,9%, berita baik untuk Perdana Menteri Shinzo Abe yang mengimbau agar perusahaan mengucurkan tumpukan dananya untuk menjaga pemulihan ekonomi. Menurut pengamat, pembelanjaan bisnis itu meningkat bukan bersifat pembelian gencar menjelang kenaikan pajak penjualan, tapi mencerminkaan perbaikan laba perusahaan dan geliat bisnis.
Data lainnya menunjukkan transaksi berjalan Jepang kembali mencatat surplus, sebesar 130,5 miliar yen. Meski di bawah prediksi 232,8 miliar yen, hal itu merupakan perkembangan bagus setelah defisit 783 miliar yen. Data itu juga menunjukkan wisatawan asing membelanjaan uang lebih banyak dari pelancong Jepang yang berwisata ke luar negeri, untuk pertama kalinya dalam 44 tahun. Hal ini menandakan membaiknya prospek bisnis untuk industri ritel dan pariwisata.
Menambah optimisme pada ekonomi Jepang, sentimen konsumen Jepang naik pada Mei, untuk pertama kalinya dalam enam bulan, mencerminkan dampak kenaikan pajak penjualan tidak seburuk yang ditakutkan. Hasil survey Kantor Kabinet menunjukkan indeks sentiment rumah tangga, yang mencakup pandangan mengenai pendapatan dan lapangan kerja, naik ke 39,3 dari 37,0.
Menyambut data itu, Deputi Gubernur BOJ Kikuo Iwata mengatakan ekonomi Jepang akan terus tumbuh di atas potensi seiring membaiknya ekspor dan permintaan domestik. Namun beberapa analis memperingatkan ketidakpastian ke depan karena perusahaan mulai merasakan dampak kenaikan pajak penjualan.
Menurut mereka, permintaan domestik berperan utama mendorong pertumbuhan di kuartal pertama. Orang belanja karena mengantisipasi kenaikan pajak penjualan. Alhasil, pembelanjaan kemungkinan merosot di kuartal kedua, yang diikuti oleh turunnya output. Oleh karena itu, mereka memproyeksikan PDB kontraksi di kuartal kedua.