Resiko Membumbungnya Inflasi : Dilema Bagi Bank Sentral
Sesuai dengan siklus perekonomian global, inflasi pada gilirannya bisa saja kembali membumbung meski Federal Reserve AS telah melakukan program tapering. Hal ini menimbulkan dilema baru bagi bank sentral, dan tentu saja akan sangat berdampak pada pasar forex. Melambungnya tingkat inflasi akan bisa menghantam mata uang Pound Sterling dan US Dollar, tetapi akan berdampak positif pada mata uang negara-negara yang termasuk dalam kategori emerging market, yang sangat dipengaruhi oleh harga komoditi.
Program quantitative easing (QE) dibuat untuk membangkitkan kembali tingkat inflasi dalam sistem ekonomi yang intinya adalah permintaan dan penawaran. Dalam hal ini QE diterapkan guna menstimulir (merangsang) permintaan. Bank of Japan (BoJ), The Fed dan Bank of England (BoE) telah menjalankan program stimulus ini dan sejauh ini inflasi di AS dan Inggris masih relatif ‘tenang’, sementara BoJ dengan susah payah terus menggenjot pembelian asset guna mengejar target inflasi. Namun ini bisa berbahaya jika keadaannya berbalik.
Cara klasik untuk menaikkan tingkat inflasi adalah dengan mencetak uang sebanyak mungkin, dan tanda awal naiknya inflasi biasanya tampak pada melambungnya indeks harga di pasar saham yang saat ini telah terjadi. Jika ini terus berlanjut fase berikutnya akan tampak pada sektor riil. Pasar property biasanya menjadi obyek favorit bagi bank-bank untuk mengalihkan dananya ke sektor riil dengan memberikan pinjaman untuk pembelian rumah. Di Inggris harga perumahan telah membumbung, dan meski di AS hal yang sama tidak terjadi bukan tidak mungkin keadaannya berubah.
Gejala akan membumbungnya inflasi tampak pada cepatnya kenaikan harga barang-barang retail dan upah. Selain indikator CPI yang naik dengan cepat, juga indikator Retail Sales karena selain pendapatan yang meningkat, konsumen juga khawatir harga akan kembali naik. Keadaan ini biasanya dibarengi dengan koreksi di pasar saham. Pelaku pasar akan mengalihkan dananya dan biasanya masuk ke sektor riil, biasanya yang disukai adalah property dan komoditi. Hal ini bisa menyebabkan harga property bubbles (membumbung tinggi) dan akhirnya terjadi crash.
Saat ini bank-bank di Inggris menerapkan aturan kenaikan suku bunga pinjaman bagi peminjam kelas kakap (dan juga sebagian bank di AS), dan tingkat inflasi yang tinggi bisa saja menyebabkan kredit macet. Jika keadaan ini tidak dapat dikendalikan maka akan sangat merugikan perekonomian kedua negara tersebut yang pada akhirnya berdampak negatif pada nilai tukar GBP dan USD. Seharusnya kebijakan yang tepat bagi BoE dan The Fed saat ini adalah menaikkan tingkat suku bunga secara bertahap, makin cepat makin baik. Hal ini untuk mencegah kenaikan suku bunga mendadak yang tinggi di waktu mendatang.
Sulit diperkirakan apakah inflasi memang akan membumbung, namun saat ini bank sentral negara-negara mata uang utama termasuk Inggris sedang fokus pada kemungkinan terjadinya property bubbles dengan menyiapkan berbagai